“Cerahkan Dunia Dengan Pena”
Wah
seneng banget bisa ikutan seminar kepenulisan kemarin, Jum’at (31/01). Tidak
hanya bisa mendapat ilmu yang bermanfaat dari para penulis muda yang hebat,
tapi aku juga menjadi peserta yang paling beruntung seantero jagat raya.
Pasalnya, aku mendapat hadiah buku gratis dari kedua penulis Selvia Stiphanie
dan La Ode Munafar, berkat nasib berani menjawab pertanyaan yang diajukan
mereka.
Bertempat
di Aula SMKN 2 Kandangan, Seminar yang bertajuk “Cerahkan
Dunia Dengan Pena” ini diselenggarakan oleh kelompok Kajian Studi Islam
(KSI) SMKN 2 Kandangan. Acaranya keren banget pastinya, karena dari kedua
narasumber telah membongkar rahasia sukses dalam menulis. Mereka juga
memberikan tips dan triks serta motivasi dalam menulis.
Selvia Stiphanie dengan nama pena Putri Padi merupakan
penulis buku best seller “Perempuan Kertas” ini menjadi pemateri pertama. Dalam
kesempatannya, Ia menekankan kepada niat dalam menulis dan mengembalikan segala
sesuatunya kepada Allah SWT. Kesan pertama ketemu adik Selvi ini (panggil adik
karena usiaku lebih tua ternyata), ia muslimah banget, santun dan lembut
suaranya. Hehehe
Pemateri kedua ini yakni La Ode Munafar yang juga merupakan pembicara
nasional, owner Gaul Fresh dan Founder Klub Jagoan Nulis ternyata berasal dari
daerah yang sangat pelosok Sulawesi dan lagi-lagi masih lebih muda dariku. Sebelum ia memberikan materi, terlebih
dahulu ia putarkan video singkat tentang perjuangan kerasnya hingga sukses seperti ini. Salut deh
pokoknya. Inspirasi banget.
La Ode punya nama pena yakni Ksatria Pena, menjelaskan betapa
kuatnya pengaruh pikiran manusia terhadap manusia itu sendiri. “Kita adalah apa
yang kita pikirkan” tuturnya.
Motivasi yang ia berikan begitu mengena bagi kami para
peserta. Jempol deh.. La Ode juga memberikan tips dan triks bagi penulis pemula
sebagaimana pengalamannya.
> Jangan
dibaca ulang tulisan kita. Tulis saja segala apa yang ada di kepala kita.
> Kalau
salah jangan langsung mencari tombol “Back Space”
> Jangan
pikirkan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
> Jangan
perhatikan tanda baca baik titik atau pun koma dsb.
> Bila
ada kutipan yang perlu dikutip namun tidak ingat, tinggalkan dahulu.
> Buatlah tulisan
seDramatis mungkin
La
Ode menegaskan penulis tugasnya hanya menulis, soal perbaikan itu jatahnya
editor. Mereka editor digajih untuk memperbaiki tulisan dari penulis. Maka dari
itu La Ode mengatakan di poin pertama “Jangan dibaca ulang” karena manusia itu
takkan pernah puas. Ingin sempurna lagi dan lagi. Pasti ada keinginan untuk
memperbaiki sendiri tulisan kita.
Hal
ini lah yang membuatku TERSADAR karena
selama ini aku berusaha sekuat mungkin agar tulisanku sempurna. Sehingga sangat membebani pikiranku, akupun sempat vakum ngirim berita karena beberapa kali tulisanku kena editing oleh editor. So...
selamat menulis teman ‘Cerahkan Dunia Dengan Pena-mu!". (Tsanwari)